Kisah ini dimulai saat ayah saya meninggal dunia 4 tahun yang lalu, saya sangat terpukul mendengar bahwa ayah saya sedang menjalani akhir dari hidupnya, saya waktu itu masih beistirahat di depan kelas VIII A, tiba-tiba kakak tiri saya datang dan berkata ” Kur kamu harus segera pulang ayah lagi sekarat !! “, maka saat itu pula saya langsung membawa pulang tas sekolah saya sembari maminta izin kepada pihak sekolah.Akhirnya pihak sekolah mengizinkan saya untuk pulang dan tidak mengikuti pelajaran.
Selama dalam perjalanan saya selalu berdo’a semoga ayah saya tidak meninggal sebelum saya datang dirumah, dan akhirnya Allah mengabulkan do’a saya, saya pulang kerumah langsung di sambut dengan isak tangis semua keluarga besar saya, dan setelah datang di rumah, saya langsung mengambil air wudlu dan memintakan maaf atas kesalahan ayah saya kepada semua orang yang ada di rumah saya, lalu saya dan ibu meminta maaf kepada ayah, akhirnya saya membacakan surat Yasin sebanyak 1 kali sekaligus tahlil dan do’anya semoga kematian ayah saya dipermudah.Sambil saya membaca surat Yasin, ibu saya menuntun ayah mengucapakan “Lailahaillallah Muhammadurrasululah” dan Syahadattain, sebenarnya hati saya sangat sedih, tetapi saya harus tetap membaca surat Yasin sampai selesai,sesaat setelah saya bacakan surat Yasin, akhirnya ayah saya menghembuskan nafas terakhirnya di depan mata saya dan saya saksikan sendiri.
Setelah ayah saya meninggal tidak lama akhirnya saya lulus dari Mts.Pesantren Pembangunan Cigaru-Majenang, maka timbullah msalah baru, ibu saya tidak bisa memberikan saya biaya untuk meneruskan sekolah ke SMA, saya sempat putus asa, tapi saya tetap mencari solusi, dalam hati saya, “Ya sudahlah, walaupun saya sekolah di SMA terbuka, yang penting saya bisa belajar”.Tidak lama setelah kelulusan saya ditawari untuk mengikuti seleksi masuk MAN Insan Cendekia yang memberian beasiswa penuh untuk muridnya, saya langsung terima dan saya ikuti tesnya di Semarang, semua biaya ditanggung oleh kepala sekolah saya.
Sebulan setelah saya mengikuti tes di Semarang, maka pengumuman di internet tidak mencantumkan nama saya, saya sempat putus asa lagi, tapi tetap saya berdoa agar saya tetap bisa sekolah, akhirnya pada hari selasa malam ada surat yang datang kepada saya yaitu surat panggiilan ke Gorontalo masuk di MAN Insan Cendekia Gorontalo, saya lansung sujud syukur menanggapi hal itu, tapi lagi-lagi soal uang, ibu saya tidak memiliki uang untuk membeli tiket ke Gorontalo, saya tetap bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah, dan akhirnya kepala sekolah saya mau menanggung semua biaya berangkat ke Gorontalo.
Selama sekolah disana saya tidak pernah keluar dari ranking 3 besar di sana secara paralel, bahkan saat saya diwisuda saya menjadi wisudawan terbaik kategori nilai Ujian Madrasah tertinggi, bahkan saya sempat pergi ke Singapura selama 1 minggu untuk studi banding di NTU Singapura dengan biaya ditanggung oleh sekolah yang kalau bayar sendiri biayanya sebesar Rp.10.000.000, dan akhirnya sekarang saya bisa kuliah di IPB Bogor jurusan Budidaya Perairan smester 1 dan mendapat beasiswa sampai lulus S1 natinya.
Semoga kisah nyata ini dapat memberikan inspirasi bahwa jika kita selalu dekata dengan Allah SWT semuanya tidak ada yang tidak mungkin, pasri semuanya akan mungkin, yang penting kita selalu berusaha dan berdo’a………Selamat mencetak jejak inspiratif yang lebih hebat dari kisah yang biasa ini, terimakasih.
Sumber : Kisah nyata Kurdianto